Media Center — Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, tepatnya Pondok Pesantren As’adiyah ditunjuk sebagai tuan rumah Musabaqah Qira’atil Kutub (MQK) 2025. Sebanyak 1.359 peserta dari seluruh Indonesia, serta delegasi dari sepuluh negara sahabat, dipastikan akan hadir dalam ajang berskala nasional dan internasional ini.
Peserta MQK 2025 terbagi dalam tiga kategori utama. Sebanyak 574 peserta akan berkompetisi dalam kategori marhalah (ula, wustha, dan ulya), 665 peserta berasal dari kategori debat dan lalaran, serta 120 peserta lainnya mewakili jenjang Ma’had Aly. Mereka akan mengikuti berbagai cabang lomba seperti debat bahasa Arab dan Inggris, hifdzul mutun, risalah ilmiyyah, bathsul kutub, tarkib digital, serta ekshibisi lalaran Alfiyah Ibnu Malik.
Selain perlombaan utama, panitia MQK juga menyiapkan tujuh kegiatan pendukung yang akan meramaikan pelaksanaan tahun ini. Kegiatan tersebut antara lain halaqah ulama internasional, expo kemandirian pesantren, Macanang bershalawat, perkemahan pramuka santri nusantara, fajr inspiration, night inspiration, serta program pesantren hijau yang menitikberatkan pada isu lingkungan hidup berbasis nilai-nilai Islam.
Sebagai ajang yang juga berskala internasional, MQK 2025 akan diikuti oleh delegasi dari sepuluh negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, Vietnam, Kamboja, Myanmar, Filipina, dan Timor Leste. Kehadiran peserta luar negeri ini menjadi penanda bahwa pesantren Indonesia dan tradisi kitab kuningnya memiliki pengaruh yang melampaui batas teritorial.
Peluncuran logo dan maskot MQK menjadi bagian penting dari rangkaian kegiatan. Maskot MQK 2025 diambil dari simbol ikan bungo, salah satu spesies khas Danau Tempe yang menjadi identitas lokal Kabupaten Wajo. Ikan bungo dijadikan ikon karena merepresentasikan kekayaan alam dan budaya Wajo, sekaligus mencerminkan semangat kearifan lokal yang berpadu dengan nilai-nilai keislaman dan keilmuan pesantren.
Pondok Pesantren As’adiyah dan Pemerintah Kabupaten Wajo telah menyatakan kesiapan menyambut seluruh peserta dan tamu undangan dari berbagai penjuru Indonesia dan luar negeri. Fasilitas akomodasi, infrastruktur pendukung, hingga penguatan peran masyarakat lokal terus disiapkan demi menyukseskan gelaran nasional ini.
Pelaksanaan MQK di Kabupaten Wajo juga membawa harapan besar terhadap pemerataan pusat kegiatan keagamaan dan ilmiah ke luar Pulau Jawa. Dengan sejarah panjang dalam pengembangan pendidikan pesantren, Wajo dinilai layak menjadi representasi pesantren timur Indonesia yang inklusif dan unggul dalam tradisi ilmiah Islam.
Ajang MQKN 2025 bukan sekadar kompetisi membaca kitab kuning, tetapi juga momentum mempererat ukhuwah keilmuan antarbangsa dan meneguhkan posisi pesantren dalam membangun peradaban Islam yang berakar kuat pada naskah-naskah klasik.
Dengan semangat kolaboratif dan semarak kegiatan yang bersifat ilmiah, spiritual, serta kultural, Wajo dan Pondok Pesantren As’adiyah siap menjadi tuan rumah yang ramah, bermartabat, dan membanggakan.(nm)