Media Center As’adiyah – Pesantren kini tak lagi hanya dikenal sebagai pusat pendidikan agama, tetapi juga sebagai motor penggerak ekonomi. Hal itu tampak jelas dalam Expo Kemandirian Pesantren yang resmi dibuka di Kabupaten Wajo sebagai bagian dari rangkaian Musabaqah Qiraatil Kutub Internasional (MQKI) 2025. Kegiatan ini menjadi wadah pertemuan antara kreativitas santri dan geliat dunia bisnis yang kuat di Bumi Lamaddukelleng.
Digagas oleh Kementerian Agama RI melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, expo ini berlangsung mulai 3 hingga 6 Oktober 2025 dengan menghadirkan 50 stan pameran. Dari jumlah tersebut, 33 stan diisi oleh pesantren penerima program inkubasi bisnis periode 2021–2024 di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Sisanya terdiri dari lembaga serta dinas terkait, dan pelaku UMKM lokal.
Produk yang dipamerkan sangat beragam, mulai dari kuliner, pakaian, jasa, hingga teknologi informasi. Keberagaman itu menunjukkan bagaimana pesantren tidak hanya mendidik dalam aspek spiritual, tetapi juga mampu menghasilkan karya-karya inovatif yang dapat bersaing di tengah masyarakat.
Aura, panitia dari expo ini, menegaskan bahwa expo ini memiliki arti penting. “Pesantren bukan hanya lembaga pendidikan agama, tetapi juga wadah yang mampu melahirkan produk nyata dan memberi manfaat ekonomi bagi santri maupun masyarakat,” jelasnya.
Antusiasme pengunjung terlihat sejak hari pertama. Salah seorang peserta mengaku bangga bisa menyaksikan langsung kreativitas santri. “Kami merasa sangat senang ikut dalam pembukaan expo secara langsung, apalagi ini dihadiri oleh Gurutta Ibu Helmi, istri Gurutta Nasaruddin Umar. Saya senang bisa melihat karya-karya kreativitas dari santri lain secara langsung,” tuturnya.
Peserta lainnya menaruh harapan besar agar kegiatan ini memberi dampak jangka panjang. “Semoga para santri di sini berkembang dengan karya-karyanya dan menjadikan nama pesantren lebih baik lagi,” ujarnya.
Dengan kehadiran Expo Kemandirian Pesantren, Wajo bukan hanya menjadi tuan rumah perhelatan keagamaan berskala internasional, tetapi juga saksi lahirnya langkah baru pesantren dalam membangun kemandirian ekonomi.(nm)