Media Center As’adiyah – Pada Pengajian Khusus Pondok Pesantren As’adiyah, Anre Gurutta Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA, membawa kita dalam perenungan mendalam tentang keberadaan dan identitas melalui nama-nama yang menyapa alam semesta. Dalam kajian ini, kita belajar mengenai makna antara nama dan yang dinamai, serta bagaimana nama-nama ini membawa konsekuensi dalam alam semesta juga kehidupan kita.
Dalam pengantar kajian, Anre Gurutta menyampaikan bahwa nama memiliki makna tinggi, sebagai alat identitas, pengenalan, dan alamat terhadap sesuatu yang memiliki nama. Namun, beliau juga menegaskan bahwa idealnya, nama dan yang dinamai seharusnya bersifat paralel, mencerminkan esensi orang atau benda yang memiliki nama tersebut.
Dalam perspektif Islam, nama dianggap sebagai doa. Oleh karena itu, Anre Gurutta menyarankan agar kita memilih nama dengan hati-hati untuk anak-anak kita, sebagai bentuk doa yang kita panjatkan untuk mereka. Alam semesta dan segala isinya juga memiliki nama, yang menjadi jendela bagi kita untuk mengetahui keberadaan dan esensi suatu hal.
Kajian ini membawa kita lebih jauh dengan menjelaskan bahwa Tuhan yang juga memiliki nama yaitu Allah sebagai nama yang paling mutlak. Allah memiliki nama-nama yang merupakan manifestasi dari alam semesta ini. Anre Gurutta menjelaskan bahwa alam semesta ini adalah penampakan dari keberadaan Allah, dan segala sesuatu di dalamnya memiliki nama.
Anre Gurutta melanjutkan dengan membahas konsep wujud dalam Islam. Ada tiga bentuk wujud yaitu yang pertama wujud Azali. Wujud Azali merupakan wujud yang tidak diawali ketiadaan dan tidak pernah diakhiri ketiadaan atau bisa disebut wujud yang tidak pernah hilang. Yang termasuk wujud azali ini ialah Allah swt. Wujud kedua ialah wujud abadi yaitu diawali ketiadaan dan tidak akan pernah diakhir ketiadaan. Manusia merupakan wujud abadi karena dahulu tidak ada dan tidak akan pernah berhenti mengada. Hal tersebut karena meskipun manusia telah meninggal, rohnya masih ada dan menjalani alam-alam berikutnya yaitu alam setelah kematian. Kemudian wujud hawadi. Wujud Hawadi diawali ketiadaan dan diakhiri ketiadaan. Wujud ini ialah alam semesta yaitu matahari, planet termasuk bumi dan seluruh isi bumi.
Anre Gurutta mengajak kita untuk memahami bahwa segala hal di alam semesta ini, dari matahari hingga planet dan bumi, berasal dari nama Allah. Konsekuensi dari nama-nama ini menciptakan keberagaman dan keindahan dalam manifestasi alam semesta.
Alam yang menjadi wujud yang awalnya tidak ada berasal dari Allah swt sang maha pencipta. Lalu Allah ingin mengenali dirinya sehingga Allah memanifestasikan dirinya dengan nama-namanya.
Hal yang paling pertama diwujudkan oleh Allah ialah nama yaitu berawal dari Ar-Rahman Ar-Rahim. Dari nama-nama tersebutlah terjadi konsekuensi dari nama-nama yaitu hal-hal yang terjadi karena nama itu sendiri. Dalam kajian ini, Asmaul Husna, nama-nama Allah yang penuh keindahan, diungkapkan sebagai lorong rahasia untuk mengenal Allah. Anre Gurutta menegaskan bahwa Asmaul Husna bukan sekadar nama, melainkan sumber dari segala kejadian. Segala hal yang tercipta dari bumi ini berasal dari nama Allah atau asmaul husna. Tanpa Asmaul Husna, alam semesta ini tidak akan ada. Sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa alam semesta ini penampakannya merupakan manifestasi Allah.
“Alam semesta yang begitu banyak berasal dari yang satu itu dan yang satu itu diwujudkan dari yang begitu banyak” Ungkap Anre Gurutta.
Hal ini maksudnya seperti misalnya Masjid Istiqlal itu hanya satu, akan tetapi di dalam Masjid terdapat banyak hal seperti kubah, menara, tiang dan lain-lain yang membentuknya.
Dengan penuh hikmah, kajian dakwah ini mengajarkan kita untuk merenungi betapa indahnya nama-nama yang menyapa alam semesta, serta bagaimana konsekuensi dari nama-nama tersebut memberikan warna dalam kehidupan kita sebagai makhluk ciptaan-Nya.(nm)