Minggu, 10-11-2024
  • Selamat datang di situs Pondok Pesantren As'adiyah Pusat Sengkang | Telah dibuka Pendafatan Santri Baru Tahun Pelajaran 2024/2025 untuk info selengkapnya silahkan visit psb.asadiyahpusat.org

Penganjian Khusus Pontren As’adiyah dan Al-Ikhlas bersama AG. Prof. Nasaruddin Umar: Hakikat Berdoa

Diterbitkan : - Kategori : Pengajian

Media Center As’adiyah – Penganjian Khusus Pondok Pesantren As’adiyah dan Al-Ikhlas bersama AG. Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA menyajikan momentum penting dalam penelusuran hakikat berdoa menurut ajaran Al-Qur’an. Anre Gurutta Prof Nasar memberikan pencerahan melalui kajian dua ayat Al-Qur’an yang menggambarkan esensi berdoa.

Pertama, Anre Gurutta merinci Surah Gafir ayat 60 yang mengandung lafadz:
“وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْۗ”
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu.” Anre Gurutta menyorotkan perhatiannya pada lafadz berdoa kepada Tuhan, menegaskan urgensi komunikasi langsung dengan Sang Pencipta.

Sekaligus, Anre Gurutta membahas ayat Al-A’raf ayat 180 yang berbunyi:
“وَلِلّٰهِ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰى فَادْعُوْهُ بِهَاۖ”
“Allah memiliki Asmaulhusna (nama-nama yang terbaik). Maka, bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut (Asmaulhusna) itu.”

Anre Gurutta Prof. Nasar menekankan bahwa esensi berdoa bukan hanya dalam pengabulan, melainkan proses thariqah, perjalanan spiritual menuju ke atas untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Dalam pemaparannya, Anre Gurutta menggambarkan bahwa berdoa adalah inti dari ibadah. Melalui proses thariqah, seperti shalat, kita meniti perjalanan menuju ke atas, mencari kehadiran Sang Pencipta. Berdoa bukan semata untuk mendapatkan jawaban, tetapi sebagai upaya mendekatkan diri kepada Tuhan.

Anre Gurutta Nasaruddin Umar memberikan analogi mengenai penerimaan doa. Sebagai contoh, seorang anak kecil yang meminta pisau kapada ibunya lantas ibunya mengabaikan permohonan anaknya itu bukan berarti ibu tersebut tidak sayang kepada anaknya. Ibu tersebut tidak memberikan pisau kepada anaknya karena ia tahu pisau tersebut akan melukai anaknya sehingga sebagai wujud rasa sayang dan perhatiannya kepada anaknya, ibu tersebut tidak mengabulkan permintaan anaknya meskipuna anaknya menangis keras.

Analogi ini mencerminkan bahwa penolakan doa bisa berarti penerimaan diri, karena Allah lebih tahu apa yang terbaik untuk kita. Anre Gurutta menguraikan dengan lebih rinci bahwa hasil dari doa yang kita panjatkan dapat mencerminkan penolakan terhadap diri kita sendiri. Artinya, meskipun doa kita mungkin dijawab oleh Allah, namun penerimaannya dapat membuat kita semakin menjauh dari-Nya. Oleh karena itu, doa tersebut kehilangan keberkatnya.

Sebaliknya, penolakan terhadap doa kita bisa jadi merupakan bentuk penerimaan terhadap diri kita sendiri. Ini berarti bahwa doa yang tidak diijabah mungkin karena Allah telah menyediakan rencana yang lebih baik bagi kita di surga-Nya. Allah merancang perbaikan bagi diri kita sehingga kita dapat naik ke tingkat yang lebih tinggi, mendekatkan diri kepada-Nya, dan menyiapkan kebaikan yang lebih besar di langit bagi kita yang mencapainya.

Lebih lanjut, Anre Gurutta mengajarkan bahwa bersabar tanpa menanti hikmah adalah tanda kearifan sejati. Orang yang bersabar karena menerima takdir menunjukkan bahwa ia adalah santri sejati. Musibah, yang kerap dihindari, sebenarnya bisa menjadi sahabat karena mendekatkan kita kepada Allah.

Sebagai penutup, Anre Gurutta Prof. Nasar mengajak kita memahami kekuatan seorang muslim yang tidak terpaku pada kenikmatan atau penderitaan. Kesadaran bahwa musibah dan kenikmatan adalah bagian dari surat cinta Tuhan yang harus dijalani dengan penuh iman dan kesabaran adalah kunci menjadi orang yang benar-benar beriman.(nm)

Pengumuman

Agenda

Pondok Pesantren As’adiyah

JL. Masjid Raya No. 100 Sengkang 90941, Sulawesi Selatan Kab. Wajo, Indonesia

0853 3344 4993

info@asadiyahpusat.org

www.asadiyahpusat.org