Media Center As’adiyah – Dalam pertemuan pengajian kali ini, Anre Gurutta Prof. Nasaruddin Umar melanjutkan kajian tasawwuf yang mengkaji lebih dalam surah-surah Al-Qur’an. Fokus kajian kali ini jatuh pada sebuah aspek penting dalam agama Islam, yakni surah Al-Fatihah dan Basmalah yang menyertainya.
Anre Gurutta Prof. Nasaruddin membuka sesi pengajian dengan mengajak kita memandang lebih dalam pada makna yang terkandung di balik setiap huruf, setiap titik pada Basmalah. Secara khusus, titik di bawah huruf “Ba” dalam Basmalah dikaitkan dengan ayat pertama dari surah Al-Qalam.
Dalam penjelasannya, Anre Gurutta Prof. Nasaruddin menguraikan proses penciptaan alam semesta menurut pandangan Islam. Allah, dengan kekuasaan-Nya yang tak terbatas, menciptakan alam semesta dengan kehendak-Nya. Sebuah titik yang diletakkan-Nya menjadi awal dari segalanya, lalu titik itu pecah membentuk partikel-partikel kecil yang membentuk alam semesta yang kompleks ini.
Pengajaran ini membawa kita untuk merenungkan tentang kebesaran Allah dan kekuasaan-Nya yang tiada tara. Bahwa segala sesuatu diciptakan-Nya dengan mudah, tanpa kesulitan apapun.
Dalam konteks ini, Anre Gurutta Prof. Nasaruddin juga membahas tentang Basmalah, menyadari bahwa esensi dari Basmalah terletak pada dua kata terakhirnya, yaitu “Ar-Rahman” dan “Ar-Rahim”, yang mencerminkan sifat-sifat Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Kedua kalimat ini tidak hanya mencerminkan sifat-sifat Allah, tetapi juga merupakan inti dari seluruh Al-Qur’an, yakni cinta.
Dari uraian ini, kita dapat memahami betapa besar cinta kasih Allah kepada hamba-Nya. Anre Gurutta Prof. Nasaruddin juga menekankan bahwa agama Islam adalah agama kasih, di mana Allah lebih condong kepada sifat-sifat feminin-Nya.
Penting untuk diingat bahwa Basmalah bukan hanya sekadar awalan, tetapi juga bagian yang tak terpisahkan dari Al-Fatihah. Melupakan membaca Basmalah dalam shalat dapat merusak shalat seseorang, karena Basmalah adalah bagian integral dari Al-Fatihah yang harus dibaca dalam shalat.
Anre Gurutta Prof. Nasaruddin juga mengajarkan bahwa dalam membaca surah Al-Fatihah, kita sebaiknya berhenti di setiap akhir ayat untuk merenungkan maknanya.
Pembahasan kemudian dilanjutkan dengan menyinggung konsep “muttaqin”. Anre Gurutta Prof. Nasaruddin menegaskan bahwa takwa adalah kunci menuju petunjuk. Dalam pandangan syiah, terdapat tingkatan-tingkatan di atas takwa, yang puncaknya adalah hidayah.
Hidayah ini hanya dapat diperoleh oleh orang-orang yang bertakwa. Akses ke makna tertinggi dari firman Allah adalah melalui takwa, sedangkan hidayahlah yang membawa seseorang kepada takwa.
Melalui pengajaran ini, kita diingatkan tentang pentingnya memperdalam pemahaman terhadap ayat-ayat suci Al-Qur’an, serta menjadikan takwa sebagai landasan utama dalam kehidupan kita sebagai umat Muslim. (nm)