Media Center As’adiyah – Pondok Pesantren As’adiyah kembali mengadakan pengajian khusus yang dipimpin oleh AG. Prof. Nasaruddin Umar dengan fokus kajian yang mendalam tentang esensi ketuhanan dan konsep kiamat dalam perspektif Islam.
Dalam pengajian ini, Prof. Nasaruddin Umar menjelaskan tentang konsep Ismu Jami’ah, yang berarti nama Allah yang mencakup segala sesuatu. Setiap ciptaan Allah SWT sebenarnya merujuk kepada-Nya, menjadikan segala sesuatu di alam semesta ini sebagai tanda-tanda keberadaan dan kekuasaan Allah. Ini menunjukkan betapa dekat dan universalnya kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupan kita.
Salah satu poin penting yang dibahas oleh Anre Gurutta Prof. Nasaruddin adalah tentang empat tauhid dalam Islam, yang salah satunya adalah Tauhid Isma. Tauhid Isma berhubungan dengan pengenalan dan pemahaman nama-nama Allah yang Maha Indah dan sifat-sifat-Nya yang sempurna.
Anre Gurutta Prof. Nasaruddin juga menguraikan tiga konsep kiamat menurut pandangan fiqih syariah, ahlul tarikha, dan al-haqiqah. Kiamat menurut fiqih syariah sering digambarkan dengan gambaran yang mengerikan, di mana segala sesuatu akan hancur dan manusia akan menghadapi hisab yang berat. Namun, bagi ahlul ma’rifah, khususnya ahlul tarikha dan ahlul haqiqah, kiamat adalah hari yang dirindukan. Mereka melihat kiamat sebagai momen penyaksian penuh terhadap Allah SWT, di mana segala sesuatu selain Allah akan lenyap.
Ahlul ma’rifah ini memiliki pandangan yang lebih mikro dalam melihat hari kiamat. Mereka tidak fokus pada kehancuran fisik yang terjadi, melainkan pada kehadiran dan keagungan Allah SWT yang menyelimuti segala sesuatu. Prof. Nasaruddin menggambarkan hal ini dengan analogi sebuah kain bendera, yang jika dilihat sekilas hanya tampak sebagai kain biasa. Namun, jika dilihat lebih dekat, kain tersebut tersusun dari serat-serat benang yang menyatukan keseluruhannya.
Memahami Esensi Ketuhanan dan Kiamat: Kajian Mendalam Bersama AG. Prof. Nasaruddin Umar di Pondok Pesantren As’adiyah
Selain itu, pengajian juga menyentuh konsep penting dalam filsafat Islam, yaitu Jauhar dan ‘Aradh. Jauhar diterjemahkan sebagai “substansi” atau “esensi”, yang merujuk pada entitas yang ada secara independen tanpa membutuhkan keberadaan lainnya. Jauhar merupakan inti atau esensi dari sesuatu yang ada, termasuk jiwa manusia yang keberadaannya independen dari tubuh fisik.
Dalam konteks teologi Islam, Allah SWT dianggap sebagai Jauhar yang absolut, substansi yang mutlak. Sementara itu, sifat-sifat Allah (‘Aradh) seperti Maha Pengasih dan Maha Penyayang adalah atribut yang tidak mengubah esensi dasar dari keberadaan Allah. Konsep ini membantu menjelaskan hubungan antara Tuhan dan ciptaan-Nya, di mana Allah adalah esensi yang mutlak, sedangkan ciptaan-Nya adalah manifestasi dari sifat-sifat-Nya.
Pengajian ini bukan hanya memperkaya pengetahuan para santri, tetapi juga menambah kedalaman spiritual dan keimanan kepada Allah SWT. Dengan memahami konsep-konsep ini, diharapkan para santri dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah dan mengaplikasikan pengetahuan ini dalam kehidupan sehari-hari. Semoga kajian ini memberikan manfaat yang besar bagi semua yang hadir dan mendengarkannya.(nm)