Senin, 07-10-2024
  • Selamat datang di situs Pondok Pesantren As'adiyah Pusat Sengkang | Telah dibuka Pendafatan Santri Baru Tahun Pelajaran 2024/2025 untuk info selengkapnya silahkan visit psb.asadiyahpusat.org

Pondok Pesantren As’adiyah Terima Kunjungan Tim Merial Institute untuk Rihlah Budaya dan Dialog Kebudayaan

Diterbitkan : - Kategori : Berita

Media Center As’adiyah – Pondok Pesantren As’adiyah menerima kunjungan Tim Merial Institute pada Sabtu, 14 September 2024, dalam rangka pelaksanaan kegiatan Rihlah Budaya dan Dialog Kebudayaan.

Acara ini berlangsung di Aula Lantai 4 Universitas Islam As’adiyah dengan mengangkat tema “Telusur Manuskrip di Sulawesi Selatan: Merajut Masa Silam untuk Masa Kini dan Masa Depan”.

Kegiatan ini dihadiri oleh beberapa tokoh terkemuka, di antaranya KH. Prof. Dr. Oman Fathurahman, M.Hum, dan KH. Helmi Ali Yafie.

Fokus utama rihlah budaya ini adalah menelisik silsilah, identitas, dan pandangan hidup yang membentuk sejarah keilmuan bangsa. Tim Merial Institute berupaya membangun pemahaman budaya melalui penelusuran jejak sejarah Islam di Sulawesi Selatan, serta mendalami manuskrip kuno yang mengandung warisan sejarah, khususnya terkait sosok Al-Alimu Al-Allamah As-Syekh AG. KH. Muhammad As’ad al-Bugisy, pendiri Pondok Pesantren As’adiyah.

Tim Merial Institute yang hadir antara lain Prof. Oman Fathurahman, Hadi Rahman, KH. Helmi Ali Yafie, Muh. Arief Rosyid, Husnul Fahimah Ilyas, dan Dr. Muslimin A.R. Effendy. Mereka terlibat aktif dalam dialog kebudayaan yang berlangsung. Dalam diskusi tersebut, perhatian khusus diberikan kepada sosok AG. KH. Muhammad As’ad, yang merupakan tokoh sentral dalam penyebaran Islam di wilayah Sengkang.

Dr. KH. Muhyddin Tahir, S.Ag., M.Th.I, dalam sambutannya, menyampaikan sejarah berdirinya Pondok Pesantren As’adiyah pada tahun 1930 oleh Anre Gurutta K.H. Muhammad As’ad. Penjelasan tersebut diperkuat oleh Gurutta Dr. Drs. H. Ahmad Muktamar Badruddin, M.A., M.M yang menguraikan lebih rinci mengenai sejarah hidup dan perjuangan AGH. As’ad. Gurutta Muhyiddin juga memperlihatkan beberapa karya tulis yang telah ditulis oleh Anre Gurutta As’ad, yang hingga kini menjadi sumber referensi utama dalam pendidikan di As’adiyah.

Dalam kesempatan tersebut, KH. Prof. Dr. Oman Fathurahman, sebagai pakar dalam kegiatan rihlah budaya ini, mengungkapkan bahwa para ulama dahulu menulis menggunakan bahasa Arab yang kemudian diterjemahkan ke dalam aksara lokal, yang dikenal sebagai interlinear translation. “Di Sulawesi Selatan, kita menggunakan aksara lontara. Penggunaan aksara ini merupakan bukti kejayaan literasi kita,” ungkap Prof. Oman.

Lebih lanjut, Prof. Oman menekankan pentingnya melestarikan tradisi literasi tersebut. “Saya ingin menegaskan bahwa tradisi seperti ini tidak boleh dihilangkan. Jika tradisi ini putus, maka kita akan kehilangan satu bagian penting dari peradaban,” tambahnya. Hal ini sejalan dengan Pondok pesantren As’adiyah yang masih melestarikan penggunaan aksara lontara dalam menerjemahkan kitab kuning.

Kegiatan rihlah budaya dan dialog kebudayaan ini diharapkan dapat memperdalam pemahaman sejarah Islam serta meningkatkan apresiasi terhadap warisan intelektual yang telah ditinggalkan para ulama.

Pondok Pesantren As’adiyah berkomitmen untuk terus menjaga dan melestarikan tradisi ini, agar generasi mendatang dapat memahami dan meneruskan nilai-nilai keilmuan yang telah lama dipertahankan.(nm)

Pengumuman

Agenda

Pondok Pesantren As’adiyah

JL. Masjid Raya No. 100 Sengkang 90941, Sulawesi Selatan Kab. Wajo, Indonesia

0853 3344 4993

info@asadiyahpusat.org

www.asadiyahpusat.org