Media Center As’adiyah – Keikhlasan merupakan salah satu nilai yang sering kali diabaikan dalam kehidupan sehari-hari, meskipun dampaknya sangat signifikan terhadap ketenangan batin dan spiritual. Anre Gurutta Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA, dalam salah satu pembahasannya, dengan gamblang menjelaskan bahwa, “Dimana ada ketenangan, di situ ada keikhlasan, dimana ada keikhlasan disitu ada keajaiban.” Pernyataan ini menekankan hubungan erat antara keikhlasan dan ketenangan hidup, serta bagaimana keduanya menjadi landasan dalam meraih kebahagiaan sejati.
Pengertian Ikhlas Menurut Anre Gurutta Prof. Nasaruddin Umar
Keikhlasan, menurut Anre Gurutta, adalah ketulusan hati dalam melakukan sesuatu tanpa pamrih, tanpa mengharapkan imbalan duniawi. Semua yang dilakukan didasari niat “lillahi ta’ala” atau semata-mata karena Allah SWT. Sikap ikhlas ini, sebagaimana dijelaskan, menjadi kunci dalam menjalani berbagai problematika hidup. Meskipun masalah yang dihadapi besar dan berat, keikhlasan akan membawa kedamaian dan ketenangan jiwa.
Namun, keikhlasan bukanlah sesuatu yang sederhana. Anre Gurutta menjelaskan bahwa terdapat tingkatan dalam keikhlasan, yaitu mukhlis dan mukhlas. Pada tingkat mukhlis, seseorang melakukan suatu amal perbuatan dengan niat karena Allah, tetapi masih ada kecenderungan untuk mengingat-ingat kebaikan yang telah dilakukannya. Tingkat ini meskipun tidak salah, namun berbahaya karena dapat menimbulkan riya’, yakni keinginan untuk memamerkan kebaikan kepada orang lain. Di sisi lain, keikhlasan tingkat mukhlas lebih murni, di mana seseorang beramal tanpa sedikit pun mengharapkan imbalan atau mengingat kebaikan yang telah ia lakukan. Amalnya dilakukan semata-mata untuk Allah SWT, tanpa pamrih apapun, bukan untuk masuk surga atau takut kepada neraka.
Tantangan dalam Menjaga Keikhlasan
Keikhlasan, khususnya pada tingkatan mukhlas, bukanlah perkara mudah. Anre Gurutta mengingatkan bahwa mereka yang sudah mencapai tingkat mukhlas biasanya telah terhindar dari godaan iblis. Godaan-godaan duniawi yang sering kali menjatuhkan manusia tidak lagi mempan terhadap mereka yang ikhlas secara mukhlas. Maka, menjaga keikhlasan adalah salah satu tantangan terbesar dalam kehidupan seorang hamba.
Anre Gurutta juga memberikan peringatan agar kita tidak mengingat-ingat kebaikan yang telah kita lakukan kepada orang lain. Mengungkit kebaikan atau berbangga dengan amal kita dapat menggugurkan pahala dari amalan tersebut. Dalam analogi yang disampaikan Anre Gurutta, jika kita masih berada pada tahap mukhlis, kita ibarat membawa ember bocor; amalan kita berjatuhan di sepanjang jalan, sehingga di akhirat kelak kita tidak akan menemukan pahala dari amal yang telah kita lakukan.
Meningkatkan Kualitas Keikhlasan
Sebagai penutup, Anre Gurutta Prof. Nasaruddin Umar mengajak kita semua untuk terus meningkatkan kualitas keikhlasan. Ikhlas, meskipun mudah diucapkan, sangat sulit untuk dilaksanakan dengan sempurna. Keikhlasan yang tulus, tanpa ada pamrih duniawi atau sekadar ingin dipuji, adalah salah satu ciri ketakwaan yang sejati. Dengan terus berusaha ikhlas, kita akan dihindarkan dari rasa kecewa yang sering muncul ketika harapan duniawi tidak terpenuhi.
Keikhlasan membawa ketenangan, dan ketenangan itulah yang sejatinya menjadi kunci kebahagiaan hakiki. Bagi mereka yang ikhlas, hidup ini bukan lagi tentang apa yang diperoleh dari amalnya, tetapi bagaimana menjalani setiap perbuatan sebagai bentuk penghambaan kepada Sang Pencipta.(nm)