Media Center As’adiyah – Pernyataan Ibnu ‘Arabi mengenai perbedaan antara perbuatan manusia dan binatang membuka pintu pemahaman mendalam akan kekuatan niat. Anre Gurutta Prof. Nasaruddin Umar, Ketua Umum Pondok Pesantren As’adiyah, turut merinci pandangan ini dengan penekanan pada konsep niat sebagai inti dari setiap tindakan manusia. Bagi Anre Gurutta, niat bukan hanya sekadar langkah awal, tetapi juga fondasi dari penciptaan kedua yang melibatkan implementasi nyata.
Hadis mutawatir dari Nabi Saw menjadi panduan utama dalam memahami kekuatan niat: “innama al-a’mal bi al-niyat” (sesungguhnya nilai amal itu ditentukan oleh niat). Prof. Nasaruddin menyoroti esensi dari hadis ini, memperingatkan bahwa setiap perbuatan tanpa niat yang benar adalah sia-sia. Perspektif ini tercermin dalam ilmu fikih, khususnya dalam ajaran Imam al-Syafi’i yang mengharuskan adanya niat sebagai bagian integral dari ibadah.
Konsep niat, menurut Prof. Nasaruddin, dapat diartikan sebagai sebuah programming atau perencanaan dalam bahasa manajemen. Dalam dunia modern, manajemen vektor keberhasilan seringkali ditentukan oleh seberapa baik suatu pekerjaan diprogram. Tanpa perencanaan yang matang, hasil yang diharapkan sulit dicapai. Analoginya menciptakan jembatan antara ajaran agama dan prinsip manajemen contemporary.
Dalam konteks agama menurut Anre Gurutta Prof. Nasaruddin Umar, niat dianggap sebagai penciptaan pertama, sementara implementasinya adalah penciptaan kedua. Seorang Muslim ideal, sebagaimana dijelaskan oleh Anre Gurutta Prof. Nasaruddin, melakukan amal perbuatan dengan merenungkannya dua kali: pertama dalam niat atau perencanaan, dan kedua dalam tindakan nyata. Paralel dengan konsep ini, Tuhan juga melakukan kehendak-Nya dua kali, pertama dalam konsep (Lauh Mahfuzh) dan selanjutnya dalam implementasi.
وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَّرَقَةٍ اِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِيْ ظُلُمٰتِ الْاَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَّلَا يَابِسٍ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ
“Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan (tertulis) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz)”
Bagi Anre Gurutta Prof. Nasaruddin, niat yang baik, tulus, dan ikhlas memiliki kekuatan luar biasa. Seorang individu yang bekerja dengan niat ikhlas tidak akan merasakan kelelahan, kekecewaan, atau frustrasi. Bahkan di saat kematian, senyuman akan menyertai asal niatnya tetap terjaga. Niat yang baik menciptakan mental pekerja keras dan kinerja yang baik.
Niat yang baik, menurut Prof. Nasaruddin, menjadi jaminan output dan outcome yang lebih baik. Ini bukan hanya perintah agama, tetapi juga tuntutan hidup. Orang-orang dengan niat yang mulia akan merasakan kehadiran kekuatan batin di dalam diri mereka, menjadikan setiap tugas dan pekerjaan terasa lebih ringan. Sebaliknya, niat yang buruk akan menguras energi dan menyebarkan vibrasi negatif, memengaruhi lingkungan sekitarnya.
Dalam penutupnya, Prof. Nasaruddin Umar mengingatkan bahwa segalanya harus berakar dari niat yang baik. Kekuatan niat bukan hanya mengubah tindakan kita, tetapi juga menciptakan dimensi ilahi dalam setiap karya manusia.(nm)