Sabtu, 27-07-2024
  • Selamat datang di situs Pondok Pesantren As'adiyah Pusat Sengkang | Telah dibuka Pendafatan Santri Baru Tahun Pelajaran 2024/2025 untuk info selengkapnya silahkan visit psb.asadiyahpusat.org

Pengajian Khusus Pondok Pesantren As’adiyah Bersama AG. Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar MA: Menyelami Fawatihus Suwar dan Lebih Jauh dalam Tafsir Al-Qur’an

Diterbitkan : - Kategori : Pengajian

Media Center As’adiyah – Pondok Pesantren As’adiyah kembali menggelar majelis keilmuan Islam yang dijaga dengan penuh dedikasi. Suasana yang penuh kekhusyukan melingkupi pengajian khusus bersama Anre Gurutta Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar MA, di mana cahaya ilmu menyoroti makna fawatihus suwar, membuka jendela tafsir esoterik, dan merambah dimensi tafsir eksoterik Al-Qur’an.

Anre Gurutta Prof. Nasaruddin membimbing para santri dalam pemahaman fawatihus suwar, yang merupakan kunci pembuka pintu keagungan Al-Qur’an. Tafsir esoterik dan eksoterik menjadi dua lensa melihat keindahan teks Al-Qur’an. Tafsir esoterik menyoroti dimensi batiniah, sementara tafsir eksoterik menggali makna lahiriyah teks Al-Qur’an. 

Dalam kajian ini, Anre Gurutta Prof. Nasar menjelaskan ragam tafsir lainnya, seperti Ibaratul Qur’an, Isyaratul Qur’an, Latiful Qur’an, Hatayatul Qur’an, dan Haqayatul Qur’an. Setiap tafsir memiliki perannya sendiri dalam meresapi makna Al-Qur’an.

Anre Gurutta Prof. Nasar menjelaskan konsep takwil Al-Qur’an, di mana tidak hanya berpatok pada teks, tetapi merambah pada pemahaman aspek batiniah teks Al-Qur’an. Takwil menjadi alat untuk memahami Al-Qur’an secara aktual. Anre Gurutta Prof. Nasar menyebutkan bahwa takwil Al-Qur’an lebih banyak dilakukan oleh orang-orang syiah. 

Kemudian Anre Gurutta menjelaskan contoh takwil itu seperti dalam Al-Qur’an ada yang menyatakan bahwa menyembelih anak laki-laki dan membiarkan hidup anak perempuan. Ini merupakan kisah saat zaman fir’aun yang takut dia digantikan dan dikalahkan oleh anak lelaki yang telah diramalkan. Ayat tersebut malah ditafsirkan oleh kaum syiah yaitu Yazid untuk membunuh cucu Nabi Muhammad yaitu Husain dan membiarkan Fatimah hidup.

Pada pengajian ini juga mencermati perbedaan antara Mu’tasilah dan Ahlu Sunnah dalam pendekatan terhadap Al-Qur’an. Mu’tasilah, kelompok yang memaksimalkan pemahaman dalam mengkaji Al-Qur’an. Mereka memegang prinsip bahwa tidak boleh satu ayatpun itu dibiarkan dan tidak dipahami. Meskipun tidak dipahami dalam bentuk tafsir akan tetapi dalam bentuk takwil. Sedangkan Ahlu Sunnah wal Jamaah, merupakan kelompok yang mengakui keterbatasan manusia dalam memahami Al-Qur’an. Hal tersebut memunculkan refleksi mendalam tentang bagaimana kita, sebagai santri, perlu untuk meresapi kebenaran Al-Qur’an.

Anre Gurutta kemudian membawa pengajian ke tingkat lebih lanjut dengan membahas awal surah seperti alif lam mim dan alif lam ra. Pemahaman tentang huruf-huruf awal surah sebagai alat kontrol keaslian teks Al-Qur’an.

Pengajian khusus ini meresap dalam jiwa santri, mencerahkan jalan pembelajaran, dan mengajak untuk lebih mendalam dalam memahami Al-Qur’an. Dengan bimbingan Anre Gurutta Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar MA, pesantren As’adiyah terus memupuk semangat ilmiah dan spiritualitas yang mendalam. Semoga, dari setiap pengajian ini, cahaya ilmu Islam senantiasa terus bersinar terang.(nm)

Pengumuman

Agenda

Pondok Pesantren As’adiyah

JL. Masjid Raya No. 100 Sengkang 90941, Sulawesi Selatan Kab. Wajo, Indonesia

0853 3344 4993

info@asadiyahpusat.org

www.asadiyahpusat.org